Tag Archives: ritel modern

23Feb/24

Cara Mengatasi dan Menghindari Deadstock pada Bisnis Retail

Deadstock adalah barang atau produk yang tidak terjual dan menghabiskan ruang gudang tanpa menghasilkan keuntungan. Deadstock bisa menjadi masalah bagi bisnis retail, karena dapat menyebabkan kerugian finansial, meningkatkan biaya penyimpanan, dan mengurangi kesempatan untuk menjual produk yang laku.

Untuk mengatasi dan menghindari deadstock, bisnis retail perlu melakukan beberapa langkah strategis, seperti memberikan diskon, membuat paket, menjual di marketplaces online, mengembalikan atau menukar produk, menjadikan produk sebagai barang promosi, mendonasikan produk, merubah packaging atau display produk, dan melakukan cross selling. Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap tentang cara-cara tersebut.

Memberikan Diskon atau Potongan Harga

Salah satu cara paling umum untuk mengatasi deadstock adalah memberikan diskon atau potongan harga kepada pelanggan untuk menarik minat mereka membeli produk yang tidak laku. Diskon atau potongan harga dapat diberikan secara langsung di toko, melalui media sosial, atau melalui email marketing. Diskon atau potongan harga juga dapat disesuaikan dengan musim, hari besar, atau event tertentu untuk meningkatkan daya tarik produk.

Membuat Paket atau Bundling

Cara lain untuk mengatasi deadstock adalah membuat paket atau bundling dengan produk lain yang berhubungan atau saling melengkapi, sehingga pelanggan merasa mendapatkan nilai lebih. Paket atau bundling dapat berupa produk yang sama dengan variasi warna, ukuran, atau model, atau produk yang berbeda tetapi memiliki fungsi atau tema yang sama. Paket atau bundling juga dapat diberikan harga khusus yang lebih murah daripada membeli produk secara terpisah.

Menjual Produk di Marketplaces Online

Menjual produk di marketplaces online yang memiliki jangkauan pasar yang lebih luas dan beragam, seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, atau Lazada, dapat menjadi cara untuk mengatasi deadstock. Dengan menjual produk di marketplaces online, bisnis retail dapat menjangkau pelanggan yang berada di luar wilayah toko fisik, atau pelanggan yang mencari produk tertentu melalui mesin pencari. Menjual produk di marketplaces online juga dapat membantu bisnis retail untuk mengetahui tren dan permintaan pasar, serta mengatur stok produk dengan lebih efisien.

Mengembalikan atau Menukar Produk

Jika memungkinkan, bisnis retail dapat mengembalikan produk yang tidak laku ke supplier atau distributor, atau menukarnya dengan produk lain yang lebih diminati oleh pelanggan. Hal ini dapat membantu bisnis retail untuk menghemat biaya penyimpanan, mengurangi risiko kerusakan produk, dan meningkatkan likuiditas keuangan. Namun, bisnis retail perlu memperhatikan syarat dan ketentuan yang berlaku dari supplier atau distributor, seperti batas waktu pengembalian, biaya pengiriman, atau persentase potongan harga.

Menjadikan Produk sebagai Barang Promosi

Bisnis retail juga dapat menjadikan produk yang tidak laku sebagai barang promosi, misalnya dengan memberikannya sebagai bonus, hadiah, atau souvenir kepada pelanggan yang membeli produk lain. Hal ini dapat meningkatkan loyalitas dan kepuasan pelanggan, sekaligus menstimulasi pembelian berulang. Bisnis retail juga dapat bekerja sama dengan bisnis lain yang memiliki target pasar yang sama untuk melakukan co-branding atau co-marketing, sehingga dapat memperluas jangkauan dan eksposur produk.

Mendonasikan Produk

Mendonasikan produk yang tidak laku kepada pihak yang membutuhkan, misalnya lembaga sosial, yayasan, atau komunitas, dapat menjadi cara untuk mengatasi deadstock sekaligus meningkatkan citra positif bisnis. Bisnis retail dapat memilih pihak yang sesuai dengan misi, visi, atau nilai bisnis, serta memastikan bahwa produk yang didonasikan masih layak pakai dan bermanfaat. Bisnis retail juga dapat memanfaatkan media sosial atau website untuk menyebarkan informasi tentang donasi yang dilakukan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan reputasi bisnis.

Merubah Packaging atau Display Produk

Merubah packaging atau display produk agar lebih menarik dan sesuai dengan tren pasar saat ini dapat menjadi cara untuk mengatasi deadstock. Bisnis retail dapat merubah warna, bentuk, ukuran, atau desain packaging atau display produk, atau menambahkan elemen-elemen yang dapat menarik perhatian pelanggan, seperti label, stiker, atau slogan. Bisnis retail juga dapat memanfaatkan teknologi, seperti augmented reality atau virtual reality, untuk membuat pengalaman berbelanja yang lebih interaktif dan menyenangkan.

Melakukan Cross Selling

Melakukan cross selling, yaitu mendorong pelanggan untuk membeli produk berbeda yang masih berhubungan dengan produk yang mereka beli, dapat menjadi cara untuk mengatasi deadstock. Bisnis retail dapat menawarkan produk yang dapat meningkatkan fungsi, kualitas, atau keamanan produk yang dibeli pelanggan, atau produk yang dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan yang lain. Bisnis retail juga dapat menggunakan data pelanggan, seperti riwayat pembelian, preferensi, atau feedback, untuk menawarkan produk yang sesuai dengan profil dan perilaku pelanggan.

Penutup

Deadstock adalah salah satu tantangan yang dihadapi oleh bisnis retail, karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi kinerja dan pertumbuhan bisnis. Untuk mengatasi dan menghindari deadstock, bisnis retail perlu melakukan beberapa langkah strategis, seperti memberikan diskon, membuat paket, menjual di marketplaces online, mengembalikan atau menukar produk, menjadikan produk sebagai barang promosi, mendonasikan produk, merubah packaging atau display produk, dan melakukan cross selling. Dengan demikian, bisnis retail dapat meningkatkan penjualan, mengurangi biaya, dan memaksimalkan keuntungan.

31Mar/17

STRATEGI TOKO RITEL TRADISIONAL DALAM MENGHADAPI BERBAGAI GEMPURAN MINIMARKET MODERN (RITEL MODERN)

Saat ini persaingan dunia ritel di Indonesia sudah mulai semakin ketat, bayangkan saja disetiap kelurahan di Indonesia sudah mulai menjamur minimarket-minimarket modern. Sementara disisi lain, warung-warung kopi sederhana dan toko-toko kelontong tradisional semakin lama malah semakin terpojok bahkan sampai hampir menghilang ditinggalkan para pembelinya. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa toko tradisional semakin lama semakin berguguran karena faktor permodalan, miskin pengelolaan manajemen, barang-barang masih kurang lengkap, harga yang tidak bersaing, toko dengan mindset (kumuh) dan lain sebagainya.

tradisionalmodern

Sepintas memang alasan-alasan tersebut terbilang masuk akal dan ada benarnya juga, namun pernahkah Anda melihat sendiri bahwa beberapa diantara toko-toko tradisional tersebut masih ada yang mampu berdiri tegak dan masih banyak pelanggannya ? setidaknya Anda pasti masih sering melihatnya walaupun sebenarnya sudah sangat jarang yang seperti itu.

Nah, kira-kira bagaimana tips sukses dari toko-toko tradisional yang masih mampu untuk berdiri tegak tersebut?

Dalam konsep dunia ritel, terutama ritel modern sudah dikenal dengan adanya Ritel Mix, yang terdiri dari bauran faktor yang mendasari dari suksesnya bisnis ritel modern. Ritel Mix tersebut yang terdiri atas :

1. Place.
2. Product.
3. Price.
4. Promotion.
5. People.
6. Procedure.

Minimarket Modern (Ritel Modern) Vs Toko Ritel Tradisional (Ritel Tradisional).

Dari sisi strategi sebenarnya masih begitu banyak kelemahan dari toko tradisional untuk bisa berkompetisi dengan minimarket modern. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang adalah

Apakah pemilk toko tradisional bisa melakukan perbaikan-perbaikan agar bisa tetap bertahan untuk melawan gempuran-gempuran dari Minimarket Modern? Jawabannya pasti masih bisa !!.

“Dengan mengusung tema toko tradisional namun dengan pendekatan ritel modern itulah jawaban sebenarnya.”

Sebenarnya para pemilik toko ritel tradisional bisa melakukan beberapa perubahan-perubahan, dikarenakan untuk dapat memenangkan kompetisi dunia ritel saat ini harus menggunakan perbaikan yang selama ini dirasakan masih sangat kurang dalam hal memahami strategi dari para pesaingnya. Tentunya pemodalan juga menjadi salah satu faktor terpenting, namun dengan adanya dana-dana dari hasil pinjaman seperti usaha mikro saat ini sudah sangat banyak yang ditawarkan oleh bank, sehingga Anda tidak perlu lagi untuk merasa cemas.

Perlu diketahui bahwa para pebisnis ritel modern usahanya bisa hidup sampai saat ini adalah karena mereka membeli barangnya dengan cara berhutang kepada para supplier juga. Dan perubahan sebenarnya juga bisa dilakukan secara parsial kapan saja dan dimana saja, itupun harus disesuaikan dengan dana yang masih ada. Yang terpenting adalah Anda memiliki niat yang kuat untuk mau lebih maju dan sukses dan tidak menutup diri terhadap semangat perubahan.

Dari total 6 faktor Ritel Mix, kira-kira dari mana dulu yang harus Anda prioritaskan pertama kali?. Tanpa harus melakukan perubahan secara lebih jauh, pemilik toko ritel tradisional harus lebih fokus kepada Product dan Price nya terelebih dahulu, karena para pembeli hanya akan berdatangan apabila dua faktor tersebut sudah menjadi prioritas utama Anda.

1. PRODUCT (PRODUK).

Karakteristik dari kebutuhan para pembeli yang lebih banyak harus berorientasi terhadap keterdiaan produk Food (Makanan) dan Non Food (Non Makanan) terutama yang barang basic, seperti : gula pasir, telur, beras, kecap, sambal, garam, deterjen,pasta gigi, sabun mandi dan lain sebagainya.

Berikutnya adalah kelengkapan barang laku, wajib bagi pemilik toko untuk memastikan bahwa barang laku tersedia di toko, ingat setiap kehilangan dari omset barang laku adalah dosa besar dalam berbisnis ritel, hal ini juga mengakibatkan kekecewaaan dari para pembeli dan mulai untuk mengalihkan tujuan belanja mereka kepada para kompetitor. Untuk melengkapi jumlah produk penjualan, perlu juga pemahaman tentang kontribusi barang secara umum.

Disarankan sekali untuk toko tradisional mulai berpikir berjualan Fresh (buah-buahan dan sayuran) walau sedikit akan tetapi ambillah jenis buah-buahan yang tahan lama dan buah basic seperti apel, jeruk, pisang, tomat dan lain-lain.

Selain itu berjualan buah dan sayuran akan semakin menambah keunggulan profit, karena margin fresh berkisar 15%, sehingga menjadi profit builder sebuah toko. Dan juga menjadi salah satu daya tarik dari minimarket, walau porsinya kecil dengan menjual apel dan jeruk sehingga image lengkap semakin terbentuk pada pemikiran para pembeli.

Selain itu kontrol kontribusi barang diatas sanat dibutuhkan untuk menjaga cash flow keuangan toko menjadi lebih sehat. Akan menjadi berbahaya apabila pemilik toko sangat bernafsu untuk membeli barang dagangan tanpa harus memperhatikan kemampuan jual dari toko. Untuk menentukan kelengkapan dari barang berdasarkan assortment product (keragaman barang) yang dijual sangat penting untuk menambah artikel berdasarkan merek , ukuran dan harga jual sebagai pilihan untuk para pembeli dalam menentukan daftar belanjanya. Minimal untuk satu kategori mempunyai 1-3 merek berbeda.

Kategori manajemen menjadi sangat penting agar mampu mengelompokan display barang pada rak pajangan guna mempermudah pembeli dalam menentukan pilihannya. Seringkali kita menemukan bahwa toko tradisional melakukan pemajangan barang dagangannya dengan sangat sembarangan (tidak teratur), akibatnya buruknya adalah para pembeli menjadi sulit untuk mencari barang yang diinginkannya.

Teknik mendisplay barang di rak, dalam ilmu ritel modern biasa disebut Planogram. Planogram disusun berdasarkan sifat dan kebiasaan para pembeli dalam mencari kebutuhan barang, sehingga terkadang kita sebagai pembeli seringkali menemukan barang laku dengan cepat atau tidak terasa sebetulnya merangsang para pembeli untuk menambah daftar belanjaannya yang bukan target belanja sebenarnya. Selain itu dengan planogram dapat merencanakan strategi margin.

Dalam hal ini sebenarnya kita tidak membahas secara lebih lanjut tentang planogram. Kelengkapan keragaman barang dagangan dalam konteks kepentingan faktor belanja tetap menjadi prioritas penting serta akan memberikan rasa kepercayaan bagi para pembeli yang telah menetapkan toko kita yang menjadi tujuan belanjanya. Selain keragaman produk, toko tradisional juga harus menyediakan barang-barang yang menjadi kebutuhan utama lainnya seperti tabung gas LPG, air mineral gallon dan juga pulsa HP. serta layanan pesan antar menjadi kekuatan utama dari toko ritel tradisional untuk bersaing. Percayalah bahwa semua ini akan menjadi kekuatan yang sama persis dengan kekuatan Minimarket Modern.

2. PRICE (HARGA).

Hal terpenting selanjutnya adalah Price atau Harga jual, faktor yang satu ini menjadi kekuatan utama dalam berkompetisi di dunia bisnis ritel. Banyak sekali bukti bahwa para pembeli akan senang menanamkan kesan dalam kepalanya tentang produk dengan harga mahal atau murah kepada toko-toko tujuan belanjanya. Percayalah, bahwa saat seorang pembeli pertama kali mempunyai pengalaman belanja dengan mendapatkan kesan dengan produk yang terlalu (mahal) maka hal yang berikutnya terjadi adalah mereka tidak akan mau belanja ke toko tersebut lagi dan bahkan akan bercerita kepada siapapun yang mereka kenal tentang hal itu. Akibatnya bisa dipastikan bahwa toko tersebut akan semakin ditinggalkan oleh para pembeli dan akhirnya semakin merugi, lalu akan tutup selamanya.

Terkadang kesalahan utama dari para pemilik toko ritel tradisional adalah mereka terlalu bernafsu untuk menginginkan untung yang besar hanya menggantungkannya dari satu jenis penjualan barang saja, padahal dalam dunia bisnis ritel modern justru sebaliknya. Minimarket modern melakukan strategi penetapan harga jual dengan cara margin yang tepat untuk mendapatkan perputaran barang (turn over) yang tinggi, itulah artinya adalah mereka membutuhkan jumlah pembeli yang sangat banyak dalam memperoleh akumulasi laba yang tinggi. Seringkali kita mendangar pendapat bahwa toko ritel tradisional sangat sulit untuk bisa melawan harga jual yang tinggi dari minimarket modern, hal ini sebenarnya tidak 100% benar.

Minimarket modern sebenarnya hanya melakukan strategi margin yang komperhensif agar dapat memastikan daya saing yang lebih unggul, bahkan melakukan mix margin saat sedang melakukan promo-promo besar mereka. Situasi seperti ini memang jarang terungkap oleh para konsumen dan itu memang sah-sah saja karena mereka sama sekali tidak melanggar hukum. Hal ini sebenarnya juga bisa ditiru oleh toko ritel tradisional, dengan cara perhitungan yang lebih cermat tentunya. Hal lain yang sudah menjadi pendapat umum adalah minimarket modern memiliki harga yang bersaing karena mendapatkan harga beli yang lebih murah dari distributor dan disebabkan karena pembelian mereka secara masif langsung dilakukan oleh kantor pusat mereka sendiri. Hal ini sebenarnya jangan sampai menciutkan nyali dari para pemilik toko ritel tradisional, karena sumber barang-barang mereka juga masih bisa didapatkan dari penjual grosir, pasar induk dan juga distributor apabila volume pembelian sudah mulai konsisten, banyak dan bisa dipercaya.

Pemilik toko tradisional harus rajin dalam mendapatkan barang murah (yang legal) dari berbagai suplier. Mendapatkan barang-barang dari toko-toko ritel modern juga harus dicoba, yaitu berburu barang-barang promo yang terkadang mereka jual dibawah harga beli sebenarnya, walaupun hal ini juga perlu adanya siasat karena seringkali ada pembatasan dalan kuantitas belanja. Itu berarti bahwa pemilik toko ritel tradisional perlu memiliki jaringan informasi yang peka dan bukan hanya berhenti di satu sumber barang saja.

Setelah sepakat untuk berburu sumber barang dagangan, mari kita kembali untuk membuat strategi penetapan harga jual. Tentunya laba atau margin disetiap kategori barang bisa berbeda-beda. Harga jual juga harus ditetapkan dengan strategi harga yang besaing, hal ini sangat perlu agar dapat memastikan bahwa perputaran barang tidak sampai rendah. Melakukan survey harga dari para kompetitor harus dilakukan secara berkala terutama pada akhir pekan, hal biasa yang juga dilakukan oleh para peritel modern untuk menjaga keunggulan harga jual mereka.

Usahakan harga jual minimal harus sama dengan para kompetitor atau dibawah mereka dengan catatan masih diatas harga beli Anda, lakukanlah penyeseuaian harga jual juga apabila terlalu murah. Nah, dengan hanya bermodalkan 2P (Product dan Price), hal yang paling mendasar sudah benar-benar tercukupi bagi para pemilik toko ritel tradisional agar bisa bersaing dengan minimarket-minimarket modern saat ini.

 

Groedu Academy E-Learning

City Of Tomorrow Mall, Jl. A Yani No. 288 (Bunderan Waru) Lantai UG, Blok US 23, No. 3 & 5, Surabaya.

Handphone : 0818521172 (XL), 081252982900 (Simpati)
Office (only call no sms)  : 081-59417699
Email : groedu@gmail.com/groedu_inti@hotmail.com