Hidup adalah skenario besar yang sudah dituliskan dan tinggal dijalani. Bahkan dalam skenario hidup pun ada improvisasi-improvisasi yang diperbolehkan untuk dilakukan. Lalu bagaimana dengan dunia pendidikan dan dunia e-learning? Seberapa pentingkah sebuah skenario pembelajaran dalam dunia tersebut?
Saat menyusun sebuah materi e-learning, seorang Desainer Instruksional akan menelaah materi dan menyusun kerangka awal dari materi tersebut. Dalam hal ini, Dia akan merancang tahapan pemberian materi, materi mana dulu yang akan disampaikan, dan cara apa yang pas untuk menyampaikan materi tersebut. Setelah semuanya tersusun, maka proses selanjutnya bukan langsung membuat materi e-learning tersebut, akan tetapi menjabarkan proses penyampaian materi dan penyusunan materi tersebut dalam sebuah “skenario pembelajaran”.
Proses setelah pembentukan desain instruksional pada bahan e-learning biasanya adalah pembuatan storyline dan dilanjutkan dengan storyboard. Storyline adalah penjabaran desain instruksional yang sudah lebih terperinci dan terrunut dari bagian awal hingga bagian akhir. Storyline memuat semua langkah-langkah penyusunan materi e-learning dari mulai pembukaan hingga penutupan. Setelah semuanya tersusun, maka proses dilanjutkan ke bagian storyboard.
Storyboard adalah bentukan lebih rinci dari storyline. Jika di storyline semua bahan masih berupa tulisan, maka di storyboard semua bahan sudah berupa tulisan dan gambar. Gambar yang ada di storyboard adalah gambaran kasar penggambaran materi yang nanti akan muncul dalam modul e-learning.
Tahapan-tahapan persiapan e-learning di atas sering Penulis sebut “sama dengan” proses penyusunan skenario pembelajaran dan proses perencanaan pembelajaran. Semua tahapan itu juga dilakukan dalam mempersiapkan bahan ajar biasa (bahan ajar yang bukan modul e-learning). Kenapa harus dipersiapkan? Karena proses pembelajaran yang baik berawal dari perencanaan yang baik.
Sebuah film yang bagus dinilai karena semua persiapannya matang, mulai dari pemilihan tema yang bagus, pengumpulan materi yang padat, penyusunan skenario yang matang, penyutradaraan yang baik, dan pelaksanaan produksi yang profesional. Jika film itu kita analogikan sebagai pendidikan, maka sudah sepantasnya tahap perencanaan pembelajaran dipersiapkan seperti layaknya kita ingin mempersiapkan film yang bagus. Karena film yang bagus akan diingat orang terus menerus. Rasanya kita sudah sangat kangen dengan pembelajaran yang bisa diingat orang terus menerus juga kan? (Dian Sukmawan)