Selama ini, upaya untuk mengurangi kecelakaan kerja telah difokuskan pada perbaikan metode keselamatan dari segi teknis dan teknologi. Namun, hasil yang diperoleh masih belum memuaskan, mengingat masih tingginya angka kecelakaan yang terjadi. Dalam berbagai penelitian yang dilakukan terhadap kecelakaan besar, ditemukan bahwa peran kesalahan manusia atau human error sangat signifikan.
Bahkan, beberapa penelitian menyimpulkan bahwa human error merupakan faktor utama penyebab kecelakaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa, cedera pada pekerja, dan kerusakan fasilitas perusahaan. Kesalahan manusia juga berdampak pada kualitas, produksi, dan profitabilitas perusahaan.
Sejumlah penelitian yang dilakukan oleh para ahli di bidang keselamatan kerja menunjukkan hasil yang menarik. Misalnya, Joshcheck (1981) menemukan bahwa 80-90% kecelakaan di industri kimia disebabkan oleh kesalahan manusia.
Rasmussen (1989) melakukan studi terhadap 190 kecelakaan di industri kimia dan menemukan bahwa kurangnya pengetahuan, kesalahan desain, kesalahan prosedur, dan kesalahan personel merupakan empat penyebab utama kecelakaan.
Butikofer (1986) meneliti kecelakaan kerja di industri petrokimia dan pabrik pengilangan dan menemukan bahwa kegagalan desain dan peralatan, kegagalan personel dan perawatan, ketidaklengkapan prosedur, ketidaklengkapan inspeksi, serta faktor lainnya berkontribusi pada kecelakaan.
Uehara dan Hoosegow (1986) melakukan penelitian terhadap kebakaran di industri pengilangan dan menemukan bahwa 58% kebakaran disebabkan oleh kesalahan manusia, seperti manajemen yang tidak tepat, desain yang kurang tepat, material yang kurang tepat, kesalahan operasi, inspeksi yang kurang tepat, perbaikan yang kurang tepat, dan kesalahan lainnya.
Selain penelitian formal yang disebutkan di atas, hasil investigasi terhadap kecelakaan besar dalam beberapa tahun terakhir juga menunjukkan kesimpulan serupa, yaitu kesalahan manusia merupakan penyebab utama kecelakaan. Kecelakaan di Texas City, Piper Alpha, ledakan pada Phillip 66, Feyzin, dan Mexico City telah menunjukkan bahwa kesalahan manusia menjadi faktor kausal yang signifikan dalam desain, operasi, pemeliharaan, dan manajemen proses.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesalahan manusia adalah kondisi organisasi yang menciptakan prakondisi terjadinya kesalahan. Top manajemen perusahaan memiliki peran penting dalam menentukan kondisi kinerja yang mendorong efektivitas atau timbulnya kesalahan pada tingkat operasional. Prioritas yang diberikan oleh organisasi akan mempengaruhi ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan sistem keselamatan dalam proses produksi.
Sikap yang menyalahkan akan memicu budaya saling menyalahkan di dalam organisasi, yang berdampak pada penurunan motivasi kerja dan peningkatan kesalahan manusia. Faktor-faktor seperti dorongan untuk berpartisipasi dan kualitas komunikasi antara manajemen dan pekerja memiliki dampak yang besar terhadap budaya keselamatan. Kebijakan yang jelas dalam memastikan kualitas prosedur dan pelatihan juga berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan manusia.
Selanjutnya, peran line manajemen juga sangat penting dalam mengurangi kesalahan manusia. Meskipun top manajemen telah mengambil kebijakan yang tepat, dukungan yang baik dari line manajemen diperlukan agar kebijakan tersebut efektif, sehingga dapat mengurangi kesalahan manusia.
Pada level selanjutnya dalam struktur sistem produksi, interaksi antara manusia dan peralatan kerja, seperti pengoperasian mesin, pemuatan material, pemotongan, dan pengadukan, memiliki peran yang signifikan dalam terjadinya kesalahan manusia.
Dalam teknologi modern yang serba otomatis, aktifitas fisik pekerja cenderung lebih rendah dibandingkan dengan teknologi konvensional yang mengandalkan tenaga fisik. Di era teknologi modern, keterampilan kognitif pekerja menjadi lebih penting dalam pemecahan masalah, diagnosis, dan pengambilan keputusan dalam proses dan optimasi produksi. Keterlibatan pekerja juga tinggi dalam proses perawatan dan perbaikan peralatan produksi.
Terakhir, dalam sistem produksi, penting untuk memiliki pertahanan yang memadai terhadap bahaya yang mungkin terjadi. Pertahanan dapat berupa rekayasa (emergency shutdown system, katup pelepas, sistem pengendalian kebakaran, dll.), sistem manusia (pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi bahaya), dan pengendalian administratif seperti izin kerja dan prosedur kerja.
Dari pemahaman terhadap struktur sistem produksi tersebut, dapat dilihat bahwa berbagai faktor dapat mendorong terjadinya kesalahan manusia yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja. Urutan rangkaian faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: kebijakan yang tidak tepat → pelaksanaan yang tidak memadai dari line manajemen → kondisi lingkungan kerja yang mendorong kesalahan kerja → tindakan yang tidak aman dari pekerja → pertahanan yang kurang memadai → terjadinya kecelakaan akibat kesalahan manusia.
Dalam upaya meningkatkan keselamatan kerja, penting untuk memahami peran kesalahan manusia dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah dan menguranginya. Hal ini melibatkan komitmen dari semua pihak, mulai dari manajemen hingga pekerja, dalam menciptakan budaya keselamatan yang kuat dan memprioritaskan pelatihan, komunikasi yang baik, serta implementasi prosedur yang tepat.
Dengan demikian, keselamatan kerja dapat ditingkatkan secara signifikan, mengurangi angka kecelakaan dan memberikan perlindungan bagi nyawa manusia, kesehatan pekerja, dan fasilitas perusahaan.
Semoga informasi ini bermanfaat dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang peran kesalahan manusia dalam kecelakaan kerja serta pentingnya upaya pencegahan yang komprehensif untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi semua.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda. Kami membuka layanan konsultasi mengenai bisnis, silakan konsultasikan kebutuhan bisnis Anda kepada kami dengan cara menghubungi kami langsung dinomor whatsapp 0812-5298-2900. Kami siap membantu Anda.