MARKETING: MEMAHAMI UNTUK MENGHADAPI PESAING-PESAING KUAT LAIN DI LUAR PESAING PRODUK

Sebenarnya siapa saja yang menjadi pesaing utama dari produk-produk yang kita jual? Misalnya apakah Djarum bersaing dengan Marlboro, Sampoerna dan Gudang Garam? (Sesama produk rokok) atau apakah Kacang Garuda harus bertarung mati-matian dengan Dua Kelinci (produk kacang kemasan) dan apakah XL harus berperang habis-habisan untuk melawan Smartfren(Operator seluler)? Inilah yang namanya persaingan yang dilihat dari produsennya. Lalu sekarang bagaimana menurut versi konsumen? Apakah konsumen hanya akan menghadapi situasi seperti itu? Sebenarnya terdapat lima macam kekuatan yang begitu besar mempengaruhi keputusan dari para konsumen untuk membeli.

1. Pesaing Produk Homogeny.

Seperti contoh, memang betul bahwa XL memiliki pesaing seperti Smartfren dan lain sebagainya. Persaingan jenis ini merupakan persaingan antar sesama produk yang juga sama-sama ingin memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara yang begitu mirip. Para pesaing bertipe seperti ini disebut dengan (pesaing – produk homogeny). Dalam situasi persaingan yang begitu brutal, semua produk akan menawarkan manfaat yang sama. Dan hasilnya? Konsumen menjadi semakin bingung.

2. Persaingan – Produk Substitusi.

Michael Porter dari Harvard mengatakan bahwa, “Semua industri juga akan menghadapi yang namanya“persaingan – produk substitusi”, yaitu suatu produk yang menggantikan produk lain dalam melakukan satu atau beberapa fungsi tertentu bagi para pembeli. Jika merasa begitu haus Anda ingin meminum Coca-Cola. Rasa dahaga Anda juga masih bisa dipuaskan melalui minuman teh, air mineral, jus, susu, dan banyak lagi yangl ainnya.

3. Pesaing – Daya Beli.

Seorang pedagang kecil sedang menghadapi pilihan yang begitu sulit pada saat harus membelanjakan keuntungan yang sangat terbatas. Pilihannya adalah, apakah dia harus membeli pulsa telepon, sebungkus kacang, atau rokok. Persaingan yang juga dihadapi oleh konsumen dalam membuat pilihan yang berhubungan langsung dengan dana ini disebut dengan “pesaing – daya beli”. Semua lapisan masyarakat mengalami hal seperti ini. Konsumen yang memiliki daya beli yang sangat tinggipun akan membuat sebuah prioritas untuk pembelian mereka.

4. Pesaing – Keinginan.

Josephine, eksekutif dari manis sebuah perusahaan dari Jakarta, sudah lama bermimpi untuk memiliki sepatu Gucci. Suatu hari dia sedang berjalan-jalan di sebuah mall yang sangat bergengsi. Sepulangnya dari mall tersebut, tebak apa saja yang dia beli? Apakah sesuai keinginannya yaitu sepatu Gucci? Anda salah! Sebuah dompet merek Louis Vuitton (LV). Niatnya adalah untuk membeli sepatu, namun pada saat berkunjung ke mall malah membeli dompet merek Louis Vuitton (LV). Josephine yang semula memiliki rencana untuk membeli sepatu Gucci akhirnya malah tergoda untuk membeli dompet LV. Pesaing yang terdapat dalam hati emosional Josephine ini merupakan sebuah (pesaing – keinginan).

5. Pesaing – Persepsi.

Sekarang pada saat kita sedang menonton acara TV kesukaan kita contohnya adalah American Idol. Acara seperti ini telah disponsori oleh Coca-Cola, Ford, dan Cingular Wireless. Martin Lindstorm dalam eksperimen neuro marketing-nya senilai 7 juta dolar selama tiga tahun menemukan bahwa Coca-Cola akan menjadi lebih diingat jika dibandingkan dengan Cingular Wireless dan akan jauh lebih diingat jika dibandingkan dengan Ford.

Penyebabnya? Coke berperan secara integral dalam alur cerita American Idol. Di meja juri juga tersedia botol Coke. Simon Cowell berucap, ”Betapa cintanya saya kepada Coca-Cola.” Para juri duduk di kursi yang sudah didesainkan seperti botol Coke, warna ruangan peserta berwarna merah Coke. Coca-Cola begitu mendominasi acara seperti itu. Pesaing dalam hal berkomunikasi pemasaran yang telah dilakukan secara dominan dan serba terintegrasi untuk menciptakan persepsi konsumen biasa saya sebut (pesaing – persepsi).

Sekarang kita akan memahami bahwa di pihak konsumen sendiri terdapat lima kekuatan besar yang akan mempengaruhi pembelian mereka. Begitulah situasi yang sangat kompleks yang akan dihadapi oleh konsumen. Tugas seorang pemasar akan menjadi semakin berat dan dibutuhkan adanya pemikiran multidimensi. Anda harus sangat memahami tentangi pasar dengan lebih dalam melalui ethnographic research. Anda akan semakin dituntut layaknya untuk untuk selalu dapat hidup dan tidur bersama dengan para konsumen.

Banyak diantara perusahaan-perusahaan besar yang menempatkan “Psychology & Behavioral Economics” pada departemen pemasaran mereka. Tim Halloran dalam bukunya Romancing the Brand menyatakan bahwa brand manager harus mampu untuk menggambarkan psychographics konsumen seperti halnya sikapnya, kepercayaan, hobi, dan gairahnya. Untuk itulah, tipe pemasar seperti apa yang sangat dibutuhkan?

Daniel H. Pink menuliskan bahwa untuk sekarang adalah era konseptual pada saat pekerja semakin kreatif yang menggunakan otak kanannya menjadi sebuah motor penggerak utama. Riset oleh Goleman dan Hay Group menemukan bahwa seorang pemimpin yang paling ideal dan efektif adalah yang sanggup untuk bersikap humoris, dan humor sangat erat hubungannya dengan otak kanan manusia. Daniel berpendapat bahwa MFA (master of fine arts) adalah MBA yang baru. Unilever Inggris sampai harus mempekerjakan seorang pelukis, penyair, dan penulis buku komik untuk dapat memberikan inspirasi agar produknya dapat dengan mudah dicintai oleh pelanggan. Pemasar yang begitu angkuh yang lebih mengandalkan otak kirinya dengan berbagai rasio dan perhitungan secara matematis tidak akan pernah memahami bagaimana mimpi indah dari para konsumen. Guru marketing Seth Godin sangat setuju, “Instead of being scientists, the best marketers are artists.” Apakah itu Anda, atau mungkin saja bisa bukan?

 

 

Groedu Academy E-Learning

City Of Tomorrow Mall, Jl. A Yani No. 288 (Bunderan Waru) Lantai UG, Blok US 23, No. 3 & 5, Surabaya.

Handphone : 0818521172 (XL), 081252982900 (Simpati)
Office (only call no sms)  : 081-59417699
Email : groedu@gmail.com/groedu_inti@hotmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.