Tag Archives: pendekatan segmen pasar bisnis ritel

31Mar/17

STRATEGI TOKO RITEL TRADISIONAL DALAM MENGHADAPI BERBAGAI GEMPURAN MINIMARKET MODERN (RITEL MODERN)

Saat ini persaingan dunia ritel di Indonesia sudah mulai semakin ketat, bayangkan saja disetiap kelurahan di Indonesia sudah mulai menjamur minimarket-minimarket modern. Sementara disisi lain, warung-warung kopi sederhana dan toko-toko kelontong tradisional semakin lama malah semakin terpojok bahkan sampai hampir menghilang ditinggalkan para pembelinya. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa toko tradisional semakin lama semakin berguguran karena faktor permodalan, miskin pengelolaan manajemen, barang-barang masih kurang lengkap, harga yang tidak bersaing, toko dengan mindset (kumuh) dan lain sebagainya.

tradisionalmodern

Sepintas memang alasan-alasan tersebut terbilang masuk akal dan ada benarnya juga, namun pernahkah Anda melihat sendiri bahwa beberapa diantara toko-toko tradisional tersebut masih ada yang mampu berdiri tegak dan masih banyak pelanggannya ? setidaknya Anda pasti masih sering melihatnya walaupun sebenarnya sudah sangat jarang yang seperti itu.

Nah, kira-kira bagaimana tips sukses dari toko-toko tradisional yang masih mampu untuk berdiri tegak tersebut?

Dalam konsep dunia ritel, terutama ritel modern sudah dikenal dengan adanya Ritel Mix, yang terdiri dari bauran faktor yang mendasari dari suksesnya bisnis ritel modern. Ritel Mix tersebut yang terdiri atas :

1. Place.
2. Product.
3. Price.
4. Promotion.
5. People.
6. Procedure.

Minimarket Modern (Ritel Modern) Vs Toko Ritel Tradisional (Ritel Tradisional).

Dari sisi strategi sebenarnya masih begitu banyak kelemahan dari toko tradisional untuk bisa berkompetisi dengan minimarket modern. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan sekarang adalah

Apakah pemilk toko tradisional bisa melakukan perbaikan-perbaikan agar bisa tetap bertahan untuk melawan gempuran-gempuran dari Minimarket Modern? Jawabannya pasti masih bisa !!.

“Dengan mengusung tema toko tradisional namun dengan pendekatan ritel modern itulah jawaban sebenarnya.”

Sebenarnya para pemilik toko ritel tradisional bisa melakukan beberapa perubahan-perubahan, dikarenakan untuk dapat memenangkan kompetisi dunia ritel saat ini harus menggunakan perbaikan yang selama ini dirasakan masih sangat kurang dalam hal memahami strategi dari para pesaingnya. Tentunya pemodalan juga menjadi salah satu faktor terpenting, namun dengan adanya dana-dana dari hasil pinjaman seperti usaha mikro saat ini sudah sangat banyak yang ditawarkan oleh bank, sehingga Anda tidak perlu lagi untuk merasa cemas.

Perlu diketahui bahwa para pebisnis ritel modern usahanya bisa hidup sampai saat ini adalah karena mereka membeli barangnya dengan cara berhutang kepada para supplier juga. Dan perubahan sebenarnya juga bisa dilakukan secara parsial kapan saja dan dimana saja, itupun harus disesuaikan dengan dana yang masih ada. Yang terpenting adalah Anda memiliki niat yang kuat untuk mau lebih maju dan sukses dan tidak menutup diri terhadap semangat perubahan.

Dari total 6 faktor Ritel Mix, kira-kira dari mana dulu yang harus Anda prioritaskan pertama kali?. Tanpa harus melakukan perubahan secara lebih jauh, pemilik toko ritel tradisional harus lebih fokus kepada Product dan Price nya terelebih dahulu, karena para pembeli hanya akan berdatangan apabila dua faktor tersebut sudah menjadi prioritas utama Anda.

1. PRODUCT (PRODUK).

Karakteristik dari kebutuhan para pembeli yang lebih banyak harus berorientasi terhadap keterdiaan produk Food (Makanan) dan Non Food (Non Makanan) terutama yang barang basic, seperti : gula pasir, telur, beras, kecap, sambal, garam, deterjen,pasta gigi, sabun mandi dan lain sebagainya.

Berikutnya adalah kelengkapan barang laku, wajib bagi pemilik toko untuk memastikan bahwa barang laku tersedia di toko, ingat setiap kehilangan dari omset barang laku adalah dosa besar dalam berbisnis ritel, hal ini juga mengakibatkan kekecewaaan dari para pembeli dan mulai untuk mengalihkan tujuan belanja mereka kepada para kompetitor. Untuk melengkapi jumlah produk penjualan, perlu juga pemahaman tentang kontribusi barang secara umum.

Disarankan sekali untuk toko tradisional mulai berpikir berjualan Fresh (buah-buahan dan sayuran) walau sedikit akan tetapi ambillah jenis buah-buahan yang tahan lama dan buah basic seperti apel, jeruk, pisang, tomat dan lain-lain.

Selain itu berjualan buah dan sayuran akan semakin menambah keunggulan profit, karena margin fresh berkisar 15%, sehingga menjadi profit builder sebuah toko. Dan juga menjadi salah satu daya tarik dari minimarket, walau porsinya kecil dengan menjual apel dan jeruk sehingga image lengkap semakin terbentuk pada pemikiran para pembeli.

Selain itu kontrol kontribusi barang diatas sanat dibutuhkan untuk menjaga cash flow keuangan toko menjadi lebih sehat. Akan menjadi berbahaya apabila pemilik toko sangat bernafsu untuk membeli barang dagangan tanpa harus memperhatikan kemampuan jual dari toko. Untuk menentukan kelengkapan dari barang berdasarkan assortment product (keragaman barang) yang dijual sangat penting untuk menambah artikel berdasarkan merek , ukuran dan harga jual sebagai pilihan untuk para pembeli dalam menentukan daftar belanjanya. Minimal untuk satu kategori mempunyai 1-3 merek berbeda.

Kategori manajemen menjadi sangat penting agar mampu mengelompokan display barang pada rak pajangan guna mempermudah pembeli dalam menentukan pilihannya. Seringkali kita menemukan bahwa toko tradisional melakukan pemajangan barang dagangannya dengan sangat sembarangan (tidak teratur), akibatnya buruknya adalah para pembeli menjadi sulit untuk mencari barang yang diinginkannya.

Teknik mendisplay barang di rak, dalam ilmu ritel modern biasa disebut Planogram. Planogram disusun berdasarkan sifat dan kebiasaan para pembeli dalam mencari kebutuhan barang, sehingga terkadang kita sebagai pembeli seringkali menemukan barang laku dengan cepat atau tidak terasa sebetulnya merangsang para pembeli untuk menambah daftar belanjaannya yang bukan target belanja sebenarnya. Selain itu dengan planogram dapat merencanakan strategi margin.

Dalam hal ini sebenarnya kita tidak membahas secara lebih lanjut tentang planogram. Kelengkapan keragaman barang dagangan dalam konteks kepentingan faktor belanja tetap menjadi prioritas penting serta akan memberikan rasa kepercayaan bagi para pembeli yang telah menetapkan toko kita yang menjadi tujuan belanjanya. Selain keragaman produk, toko tradisional juga harus menyediakan barang-barang yang menjadi kebutuhan utama lainnya seperti tabung gas LPG, air mineral gallon dan juga pulsa HP. serta layanan pesan antar menjadi kekuatan utama dari toko ritel tradisional untuk bersaing. Percayalah bahwa semua ini akan menjadi kekuatan yang sama persis dengan kekuatan Minimarket Modern.

2. PRICE (HARGA).

Hal terpenting selanjutnya adalah Price atau Harga jual, faktor yang satu ini menjadi kekuatan utama dalam berkompetisi di dunia bisnis ritel. Banyak sekali bukti bahwa para pembeli akan senang menanamkan kesan dalam kepalanya tentang produk dengan harga mahal atau murah kepada toko-toko tujuan belanjanya. Percayalah, bahwa saat seorang pembeli pertama kali mempunyai pengalaman belanja dengan mendapatkan kesan dengan produk yang terlalu (mahal) maka hal yang berikutnya terjadi adalah mereka tidak akan mau belanja ke toko tersebut lagi dan bahkan akan bercerita kepada siapapun yang mereka kenal tentang hal itu. Akibatnya bisa dipastikan bahwa toko tersebut akan semakin ditinggalkan oleh para pembeli dan akhirnya semakin merugi, lalu akan tutup selamanya.

Terkadang kesalahan utama dari para pemilik toko ritel tradisional adalah mereka terlalu bernafsu untuk menginginkan untung yang besar hanya menggantungkannya dari satu jenis penjualan barang saja, padahal dalam dunia bisnis ritel modern justru sebaliknya. Minimarket modern melakukan strategi penetapan harga jual dengan cara margin yang tepat untuk mendapatkan perputaran barang (turn over) yang tinggi, itulah artinya adalah mereka membutuhkan jumlah pembeli yang sangat banyak dalam memperoleh akumulasi laba yang tinggi. Seringkali kita mendangar pendapat bahwa toko ritel tradisional sangat sulit untuk bisa melawan harga jual yang tinggi dari minimarket modern, hal ini sebenarnya tidak 100% benar.

Minimarket modern sebenarnya hanya melakukan strategi margin yang komperhensif agar dapat memastikan daya saing yang lebih unggul, bahkan melakukan mix margin saat sedang melakukan promo-promo besar mereka. Situasi seperti ini memang jarang terungkap oleh para konsumen dan itu memang sah-sah saja karena mereka sama sekali tidak melanggar hukum. Hal ini sebenarnya juga bisa ditiru oleh toko ritel tradisional, dengan cara perhitungan yang lebih cermat tentunya. Hal lain yang sudah menjadi pendapat umum adalah minimarket modern memiliki harga yang bersaing karena mendapatkan harga beli yang lebih murah dari distributor dan disebabkan karena pembelian mereka secara masif langsung dilakukan oleh kantor pusat mereka sendiri. Hal ini sebenarnya jangan sampai menciutkan nyali dari para pemilik toko ritel tradisional, karena sumber barang-barang mereka juga masih bisa didapatkan dari penjual grosir, pasar induk dan juga distributor apabila volume pembelian sudah mulai konsisten, banyak dan bisa dipercaya.

Pemilik toko tradisional harus rajin dalam mendapatkan barang murah (yang legal) dari berbagai suplier. Mendapatkan barang-barang dari toko-toko ritel modern juga harus dicoba, yaitu berburu barang-barang promo yang terkadang mereka jual dibawah harga beli sebenarnya, walaupun hal ini juga perlu adanya siasat karena seringkali ada pembatasan dalan kuantitas belanja. Itu berarti bahwa pemilik toko ritel tradisional perlu memiliki jaringan informasi yang peka dan bukan hanya berhenti di satu sumber barang saja.

Setelah sepakat untuk berburu sumber barang dagangan, mari kita kembali untuk membuat strategi penetapan harga jual. Tentunya laba atau margin disetiap kategori barang bisa berbeda-beda. Harga jual juga harus ditetapkan dengan strategi harga yang besaing, hal ini sangat perlu agar dapat memastikan bahwa perputaran barang tidak sampai rendah. Melakukan survey harga dari para kompetitor harus dilakukan secara berkala terutama pada akhir pekan, hal biasa yang juga dilakukan oleh para peritel modern untuk menjaga keunggulan harga jual mereka.

Usahakan harga jual minimal harus sama dengan para kompetitor atau dibawah mereka dengan catatan masih diatas harga beli Anda, lakukanlah penyeseuaian harga jual juga apabila terlalu murah. Nah, dengan hanya bermodalkan 2P (Product dan Price), hal yang paling mendasar sudah benar-benar tercukupi bagi para pemilik toko ritel tradisional agar bisa bersaing dengan minimarket-minimarket modern saat ini.

 

Groedu Academy E-Learning

City Of Tomorrow Mall, Jl. A Yani No. 288 (Bunderan Waru) Lantai UG, Blok US 23, No. 3 & 5, Surabaya.

Handphone : 0818521172 (XL), 081252982900 (Simpati)
Office (only call no sms)  : 081-59417699
Email : groedu@gmail.com/groedu_inti@hotmail.com

18Mar/17

MENGENAL SEGMENTASI PASAR UNTUK BISNIS RITEL MODERN

Segmentasi pasar merupakan suatu kegiatan untuk membagi–bagi pasar/market yang lebih bersifat heterogen kedalam satuan–satuan pasar yang bersifat homogen. Suatu segmen pasar dari bisnis ritel adalah suatu kelompok pelanggan yang kebutuhannya harus dicukupi oleh bauran ritel (ritel mix) yang sama karena memiliki kebutuhan yang sejenis. Atas alasan tersebutlah maka sebaiknya bisnis ritel harus tetap mengelompokkan pelanggan ke dalam beberapa segmen.

Semakin ketatnya persaingan dunia bisnis mendorong para pebisnis ritel untuk selalu melakukan segmentasi, hal ini dilakukan karena alasan :

1. Toko Ritel tidak akan mampu melayani kebutuhan pelanggan secara keseluruhan.
2. Untuk efektifitas pembiayaan dalam program ritel.

Pendekatan Segmentasi Pasar Bisnis Ritel

Pendekatan dalam segmentasi pasar semakin menggambarkan variasi yang lebih luas dalam segmen penjualan bisnis ritel, karena pada dasarnya tidak satu pun pendekatan adalah yang terbaik untuk semua ritel. Karena segmen pasar ritel sangat tergantung kepada letak geografis, budaya, adat kebiasaan konsumen, bagaimana gaya hidup mereka, tingkat ekonomi dan lain sebagainya.

1. Segmentasi Geografis.

Adalah dengan cara mengelompokkan pelanggan dimana mereka tinggal. Suatu pasar ritel dapat di segmentasikan menurut area di dalam suatu Negara, kota, dan lingkungan. Segmentasi georafis dapat di identifikasi dan datanya sangat mudah untuk diakses. Sehingga dapat menentukan siapa yang hidup dalam segmen geografis dan sekaligus untuk menargetkan pelanggan dalam wilayah geografis tertentu.

2. Segmentasi Demografis.

Merupakan penggolongan pelanggan atas dasar karakteristik yang mudah diukur seperti: umur, jenis kelamin, pendapatan, dan pendidikan. Segmentasi demografis adalah sasaran yang paling umum yang biasanya untuk mendefinisikan segmen pelanggan, kriteria dalam segmen ini dapat dengan mudah dikenali dan diakses.

3. Segmentasi Seputar Gaya Hidup.

Merupakan segmentasi pasar yang lebih mengacu kepada bagaimana kehidupan seseorang, bagaimana cara mereka meluangkan waktu, dan berbagai opini tentang dunia dimana mereka hidup dan tinggal. Segmentasi yang berdasarkan gaya hidup ini sangat penting dalam perencanaan bisnis ritel, karena berdasarkan gaya hidup dari para pelanggan akan dapat diidentifikasikan tentang bagaimana perilaku dan motivasi belanja dari para pelanggan. Segmen ini diidentifikasikan melalui survei dari para pelanggan.

4. Segmentasi Situasi Belanja.

Segmentasi ini didasarkan terhadap situasi belanja yang seringkali dihadapi oleh para pelanggan. Sebagai contoh seorang ibu yang ingin segera memenuhi kabutuhan susu anaknya melalui belanja mingguan yang dilakukan di sebuah Supermarket tertentu, akan tetapi dalam kondisi tertentu dimana susu untuk dapat memenuhi kebutuhan selama seminggu ternyata habis di tengah-tengah minggu dan tidak sesuai perkiraan, maka situasi seperti inilah yang mendorong ibu tersebut untuk melakukan belanja kepada ritel lain yang lebih dekat dengan rumahnya dengan situasi belanja yang berbeda.

Mengidentifikasi Kebutuhan Para Konsumen.

Kebutuhan dasar dan keinginan konsumen adalah sangat mutlak harus dipenuhi oleh setiap pengusaha ritel apabila ingin berhasil dalam bisnis. Jadi kebutuhan manusia (needs) merupakan suatu keadaan dimana mereka sama sekali tidak merasa memiliki kepuasan dasar, sedangkan keinginan (wants) adalah hasrat untuk dapat pemuasan tertentu dari kebutuhan tersebut. Hal inilah yang menunjukkan bahwa keinginan manusia memang lebih dominan dalam alasan untuk pengambilan keputusan daripada kebutuhan.

Terdapat tiga perspektif dari perilaku konsumen dalam pengambilan keputusannya, yaitu :

1. Perspektif Secara Rasional.

Merupakan pengambilan keputusan yang melalui serangkaian langkah-langkah secara rasional tertentu, yaitu pengenalan masalah, mencari, evaluasi alternatif, memilih dan mengevaluasi pasca perolehan. Akar dari pendekatan ini adalah pengalaman kognitif dan psikologis dan faktor ekonomi.

2. Perspektif Berdasarkan Pengalaman.

Perspektif pengalaman atas pengambilan keputusan yang menyatakan bahwa untuk beberapa hal, konsumen memang melakukan pembelian tidak sesuai dengan proses pengambilan keputusan yang rasional. Namun mereka membeli untuk memperoleh kesenangan, menciptakan fantasi, atau hanya sekedar perasaan emosi saja.

3. Perspektif Pengaruh Dari Perilaku.

Perspektif dari pengaruh perilaku yang mengasumsikan bahwa kekuatan lingkungan yang memaksa para konsumen untuk melakukan pembelian tanpa harus terlebih dahulu untuk membangun perasaan atau kepercayaan terhadap produk. Sebagai gantinya, tindakan pembelian dari konsumen secara langsung merupakan hasil dari adanya kekuatan lingkungan, nilai budaya, dan tekanan ekonomi.

 

Groedu Academy E-Learning

City Of Tomorrow Mall, Jl. A Yani No. 288 (Bunderan Waru) Lantai UG, Blok US 23, No. 3 & 5, Surabaya.

Telepon : 031-33311179
Office (only call no sms)  : 081-59417699
Handphone : 0818521172 (XL), 081252982900 (Simpati)

Email : groedu@gmail.com/groedu_inti@hotmail.com